Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok bersenjata Hizbullah menyatakan siap berperang melawan Israel sendirian tanpa bantuan dari pihak lain. Hal tersebut terungkap dalam pertemuan yang berlangsung antara Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dengan Kepala Pasukan Quds Iran Esmail Qaani di Beirut.
Berdasarkan sumber Reuters, dikutip Sabtu (16/3/2024), Esmail Qaani mengunjungi Beirut pada Februari lalu untuk membahas risiko yang ditimbulkan jika Israel selanjutnya menyerang Hizbullah Lebanon.
Pembicaraan kemudian beralih ke kemungkinan serangan penuh Israel ke utara, di Lebanon. Selain merugikan kelompok Islam Syiah, eskalasi ini dapat menekan Iran untuk bereaksi lebih keras dibandingkan yang telah dilakukan sejak 7 Oktober lalu.
Selama lima bulan terakhir, Hizbullah telah menunjukkan dukungannya kepada Hamas dalam bentuk tembakan roket terbatas yang ditembakkan melintasi perbatasan utara Israel.
Foto: Ribuan orang disebuah desa selatan Khirbet Selm pada hari Selasa (9/1/2024) hadiri pemakaman komandan Hizbullah Wissam Al-Tawil yang tewas karena serangan pesawat tak berawak pada pasukan Israel sehari sebelumnya. (AP Photo/Hussein Malla) Ribuan orang disebuah desa selatan Khirbet Selm pada hari Selasa (9/1/2024) hadiri pemakaman komandan Hizbullah Wissam Al-Tawil yang tewas karena serangan pesawat tak berawak pada pasukan Israel sehari sebelumnya. (AP Photo/Hussein Malla) |
Dalam sebuah pertemuan yang sebelumnya tidak dilaporkan, Nasrallah meyakinkan Qaani bahwa dia tidak ingin Iran terjebak dalam perang dengan Israel atau Amerika Serikat. Oleh sebab itu, Hizbullah akan berperang sendirian.
“Ini adalah perjuangan kami,” kata Nasrallah kepada Qaani, kata salah satu sumber Iran yang mengetahui diskusi tersebut.
Serangan Israel diketahui telah menewaskan lebih dari 200 pejuang Hizbullah dan sekitar 50 warga sipil di Lebanon. Sementara serangan dari Lebanon ke Israel telah menewaskan selusin tentara Israel dan enam warga sipil.
Dalam beberapa hari terakhir, serangan balik Israel semakin meningkat intensitas dan jangkauannya, sehingga memicu kekhawatiran bahwa kekerasan akan menjadi tidak terkendali bahkan jika perunding mencapai gencatan senjata sementara di Gaza.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengindikasikan pada bulan Februari bahwa Israel berencana meningkatkan serangan untuk secara tegas mengusir pejuang Hizbullah dari perbatasan jika terjadi gencatan senjata di Gaza, meskipun ia membiarkan pintu terbuka untuk diplomasi.
Artikel Selanjutnya
Gaza Dikepung Israel, Lebanon Luncurkan Roket ke Israel
(ven/wur)