Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya secara langsung mengucapkan selamat kepada Donald Trump atas kemenangannya dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) Selasa lalu. Hal ini diutarakan Putin saat AS dan Rusia masih bersitegang terkait perang di Ukraina.
Dalam pernyataan publik pertamanya sejak kemenangan Trump, Putin mengatakan Calon Presiden AS dari Partai Republik itu telah bertindak seperti pria sejati dalam upaya pembunuhan terhadapnya di acara kampanye di Pennsylvania pada bulan Juli. Ia menyebut Trump sebagai pemberani.
“Menurut pendapat saya, ia berperilaku dengan cara yang sangat benar, berani, seperti pria sejati. Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepadanya atas pemilihannya,” kata Putin di klub diskusi Valdai di resor Laut Hitam Rusia di Sochi, Jumat (8/11/2024), dikutip Reuters.
Putin mengatakan pernyataan yang dibuat Trump selama kampanye pemilihan tentang Ukraina dan pemulihan hubungan dengan Rusia patut mendapat perhatian. Meski begitu, ia tidak menjabarkan sikapnya yang jelas atas pernyataan Trump terkait Ukraina.
Meski begitu, ketika ditanya tentang apa yang akan ia lakukan jika Trump menelepon untuk mengusulkan pertemuan, Putin mengatakan ia siap untuk melanjutkan kontak dan diskusi jika Pemerintahan Trump menginginkannya.
“Apa yang dikatakan tentang keinginan untuk memulihkan hubungan dengan Rusia, untuk mengakhiri krisis Ukraina, menurut pendapat saya, setidaknya patut mendapat perhatian,” tambah Putin.
Trump mengatakan selama kampanye bahwa ia dapat membawa perdamaian di Ukraina dalam waktu 24 jam jika terpilih. Namun, ia juga belum memberikan banyak perincian tentang bagaimana ia akan berusaha mengakhiri perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua itu.
Sementara itu, Trump sendiri seringkali mendapatkan tuduhan bahwa dirinya merupakan agen Rusia. Sejumlah pejabat Moskow mengkonfrontir dugaan ini, dengan mengatakan saat Trump menjadi presiden pada 2017-2021, banyak sikap keras yang dialamatkan Trump kepada Negeri Beruang Putih itu.
Moskow juga telah berulang kali membantah pernyataan AS bahwa Rusia mencampuri pemilihan presiden 2024. Kremlin juga menyebut dugaan Rusia menyebarkan kampanye disinformasi dalam pemilu AS sebagai rumor belaka.
Perang Ukraina
Perang yang telah berlangsung selama 2,5 tahun di Ukraina memasuki fase yang menurut beberapa pejabat Rusia dan Barat dapat menjadi fase terakhirnya. Saat ini, pasukan Moskow bergerak maju dengan kecepatan tercepat sejak minggu-minggu awal konflik.
Putin pada tanggal 14 Juni menetapkan persyaratannya untuk mengakhiri perang yakni Ukraina harus menghentikan ambisi keanggotaan NATO-nya dan menarik semua pasukannya dari seluruh wilayah empat wilayah yang diklaim oleh Rusia.
Sebagai informasi, Rusia mengendalikan Krimea, yang dianeksasinya dari Ukraina pada tahun 2014 dan juga sekitar 80% Donbas, yang terdiri atas wilayah administrasi Donetsk dan Luhansk. Tak hanya itu, Moskow juga telah menguasai lebih dari 70% wilayah Zaporizhzhia dan Kherson.
Berbicara selama beberapa jam pada hari Kamis, Putin mengecam ‘petualangan’ para pemimpin Barat yang ia tuduh mendorong dunia ke ‘garis berbahaya’ dengan berusaha menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia di Ukraina.
“Tidak ada gunanya memberi tekanan pada kami. Namun, kami selalu siap untuk bernegosiasi dengan mempertimbangkan sepenuhnya kepentingan bersama yang sah,” kata Putin, beberapa detik setelah menegur Barat karena menjanjikan Ukraina dan Georgia keanggotaan NATO pada tahun 2008.
Putin juga mengatakan bahwa Barat tidak pernah menerima Rusia sebagai mitra yang setara sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Ia juga menuding Barat memperlakukannya sebagai kekuatan yang kalah dan memperluas aliansi militer NATO yang dipimpin AS ke arah timur menuju Rusia.
“Rusia siap untuk memulihkan hubungan dengan AS, tetapi keputusan ada di tangan Washington. Sejauh ini, China adalah sekutu Rusia,” tegasnya.
Next Article Geger NATO Kini ‘Meluas’ ke Asia, Putin Beri Warning