Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar ASEAN dipandang memiliki perkembangan pesat, sehingga sayang sekali untuk diabaikan oleh para pelaku bisnis, khususnya yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Sebagai anggota ASEAN, Indonesia juga memiliki potensi pasar yang menjanjikan bagi para pelaku bisnis. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95% year on year (yoy) pada kuartal III-2024 di tengah ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91% dan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,55% pada kuartal III-2024. Tingginya konsumsi ini pun tidak lepas dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 281,6 juta jiwa.
Di tengah berbagai tantangan, Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan di tahun 2025. Pemerintah menargetkan ekonomi bisa tumbuh di kisaran 5%. Untuk itu, beberapa strategi besar kebijakan pemerintah juga telah disiapkan guna memastikan ketahanan ekonomi nasional di masa mendatang.
Melihat optimisme tersebut, besarnya pasar ASEAN dan kecepatan pertumbuhannya menjadi potensi besar bagi bisnis-bisnis yang ingin bertumbuh, terutama yang berkaitan langsung dengan konsumen.
Menurut konsultan BCG, Asia Tenggara pada 2024 adalah rumah bagi sekitar 245 juta konsumen berpenghasilan menengah dan 85 juta pembeli berpenghasilan menengah ke atas. Seiring dengan berlanjutnya pembangunan ekonomi, lebih dari 415 juta individu Asia Tenggara diproyeksikan akan masuk ke dalam definisi tersebut pada tahun 2030. Nantinya jumlah ini akan lebih banyak dari seluruh populasi Amerika Serikat.
Selain itu, di 10 negara anggota ASEAN, konsumsi sudah menjadi pendorong utama aktivitas ekonomi. Pengeluaran konsumsi telah menyumbang lebih dari 90% PDB di Filipina, lebih dari 70% di Indonesia, Malaysia, dan Thailand, serta lebih dari 60% PDB di Vietnam.
Pertumbuhan daya beli lokal juga didukung oleh tren struktural jangka panjang. Kawasan ASEAN diuntungkan oleh demografi yang positif, dengan populasi muda dan tenaga kerja yang terus bertambah. Kelompok usia 15 hingga 34 tahun mencakup 213 juta orang dan diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2028, saat jutaan pekerja baru akan mulai berbelanja barang dan jasa.
Konsumsi ASEAN juga diuntungkan oleh integrasi regional. Pasalnya, semakin mudahnya orang dan uang melintasi perbatasan, pengeluaran untuk pariwisata, layanan bisnis, dan e-commerce pun meningkat. Ekonomi intra-ASEAN menyumbang 42,4% dari kedatangan pengunjung pada 2023.
Bagi eksportir ASEAN, negara-negara di dalam blok tersebut kini menjadi sumber penjualan internasional terbesar. Tercatat perdagangan intra-ASEAN menyumbang 22,1% dari seluruh ekspor pada 2023.
Mengakses basis konsumen ASEAN bisa dibilang tidak pernah semudah ini. Di seluruh kawasan, pembeli lokal adalah pengguna setia dari platform e-commerce dan aplikasi seluler, yang berperan sebagai jembatan antara konsumen lokal dan merek regional dan global. Di seluruh kawasan, 75,9% memiliki langganan internet, dan ada 128 ponsel untuk setiap 100 orang.
Ekonomi digital di enam ekonomi terbesar di kawasan ini, yakni Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, diperkirakan bernilai USD218 miliar dalam nilai barang dagangan kotor pada 2023 dan diperkirakan mencapai USD600 miliar pada 2030.
Meskipun skala peluang dan kemajuan digitalisasi merupakan faktor umum di seluruh ASEAN, kawasan ini jauh dari homogen. Di Thailand, misalnya, hampir setengah dari belanja bahan makanan dilakukan di toko serba ada dan supermarket modern.
Jumlah tersebut dibandingkan dengan di Vietnam lebih rendah ialah 12%, dimana toko-toko atau warung tradisional milik perorangan masih mendominasi. Aplikasi super seperti Grab, yang menggabungkan beberapa layanan menjadi satu aplikasi, semakin popular di negara ASEAN. Sementara itu, Indonesia memiliki pengguna TikTok terbanyak di dunia, dengan 157,6 juta pengguna, mengungguli 120,5 juta di Amerika Serikat.
Saluran pembayaran juga sangat berbeda di seluruh kawasan, dengan pembayaran melalui e-wallet dengan jaringan pembayaran real-time meluas di berbagai lintas batas. Dalam ritel offline, uang tunai tetap menjadi bentuk pembayaran yang disukai di lima dari enam pasar ASEAN terbesar, kecuali Singapura, tempat kartu kredit sekarang menjadi bentuk pembayaran yang paling umum.
Untuk itu, bisnis yang berhadapan langsung dengan konsumen perlu menyesuaikan penawaran mereka dengan preferensi lokal, terutama dalam kebiasaan pembelian serta produk dan layanan.
“Kami melihat lebih banyak bisnis memilih mitra perbankan yang dapat mendukung berbagai saluran pembayaran di seluruh kawasan ASEAN.” ujar Head of International Market HSBC Asia Pasifik, Stuart Rogers dalam keterangan resminya.
Bisnis yang beroperasi lintas batas ASEAN juga perlu mengatasi sejumlah kendala operasional. Misalnya saja, logistik yang menjadi tantangan tersendiri, kemampuan menjangkau konsumen di seluruh kawasan memerlukan jaringan mitra distribusi yang luas dan kemampuan untuk merespons permintaan konsumen dengan cepat di berbagai lokasi. Produk konsumen juga harus dirancang untuk memenuhi peraturan setempat, karena biasanya ada perbedaan di setiap pasar.
Potensi pasar konsumen ASEAN juga telah menciptakan lingkungan yang sangat kompetitif, dengan merek lokal dan global bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar. Pada tingkat makro, inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat baru-baru ini telah membuat konsumen lebih sensitif terhadap harga dan membebani permintaan.
Para pembuat kebijakan melakukan yang terbaik untuk menjaga konsumen tetap berbelanja, di Thailand, pada September 2024 pemerintah meluncurkan program pemberian uang tunai yang dirancang untuk meningkatkan konsumsi.
Bagi bisnis yang ingin meningkatkan jangkauan mereka di pasar konsumen ASEAN, mitra perbankan yang berpengalaman dapat meringankan kesulitan dalam mengelola pembayaran dan penagihan di berbagai saluran dan dalam berbagai mata uang. Dengan begitu, bisnis dapat lebih fokus pada agenda pertumbuhan mereka.
HSBC memiliki rekam jejak yang panjang di seluruh ASEAN, telah hadir di enam pasar terbesar selama lebih dari 130 tahun. Kami melayani 2,5 juta klien ritel dan 30.000 bisnis – menguasai lebih dari 93% PDB ASEAN dan perdagangan internasional.
Jaringan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang pasar lokal di kawasan ini memungkinkan kami untuk mendukung bisnis dalam transaksi lintas batas mereka.
Bagi bisnis yang berhadapan langsung dengan konsumen, HSBC Omni Collect menawarkan solusi terpadu yang mendukung penagihan dari penjualan di toko dan e-commerce melalui berbagai saluran pembayaran, yang memungkinkan bisnis untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dengan menawarkan lebih banyak opsi pembayaran, dan memantau transaksi daring untuk mengidentifikasi tren penjualan baru.
“Pengelolaan invoice yang dilakukan secara manual, sering kali menyulitkan dalam pencocokan dan identifikasi transaksi sehingga mengganggu kelancaran operasional. Namun, setelah mengimplementasikan Omni Collect, kami merasakan solusi end-to-end yang terintegrasi. Solusi ini memperlancar proses invoicing kami sehingga mempercepat penjualan dan pengiriman produk. Kini kami bisa melakukan rekonsiliasi invoice secara otomatis untuk mengoptimalkan arus kas.” Ujar Angie Natasya Direktur Operasional PT Fitline Nutrition and Cosmetics yang bermitra dengan HSBC untuk menyederhanakan proses pembayaran dan meningkatkan efisiensi operasional.
Selain itu, HSBC juga mendukung pasar mobil bekas Carro dengan fasilitas kredit lima tahun senilai SGD75 juta (USD57 juta), yang dijamin dengan kumpulan pinjaman mobil bergulir. Pertama kalinya bagi perusahaan, hasil penjualan dapat digunakan di berbagai pasar, menyediakan solusi fleksibel dan terukur yang memperkuat likuiditas Carro yang ada.
HSBC juga berkontribusi pada pertumbuhan sektor konsumen melalui dukungan untuk bisnis teknologi finansial yang memungkinkan lebih banyak pengecer menawarkan layanan beli sekarang bayar nanti dan dompet digital. Bagi vendor, memberi konsumen lebih banyak pilihan di titik penjualan dapat menjadi pendorong pendapatan yang kuat. Kami memberikan fasilitas utang sebesar USD100 juta kepada pelopor teknologi finansial Asia Tenggara Atome Financial untuk mendukung proposisi pembiayaan konsumen digital pertamanya.
Pada 2024, HSBC juga memperluas dukungannya untuk bisnis ekonomi baru di Asia Tenggara dengan meluncurkan Dana Pertumbuhan ASEAN senilai USD1 miliar. Apalagi semakin banyak pasar yang menjauh dari uang tunai, bisnis yang berhadapan langsung dengan konsumen perlu memastikan bahwa mereka mengikuti preferensi pelanggan mereka.
“HSBC berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam teknologi yang dapat membantu perusahaan dalam memberikan pengalaman pembayaran yang mudah bagi pelanggan mereka. Kami fokus untuk mendukung nasabah kami mengadopsi solusi pembayaran digital.”, ujar Anne Suhandojo, Head of Global Payment Solutions HSBC Indonesia.
Dengan jumlah konsumen yang akan meningkat tajam di tahun-tahun mendatang, tidak pernah ada waktu yang lebih penting untuk menangkap pertumbuhan itu.
(adv/adv) Next Article Melihat Prospek Cerah Ekonomi Indonesia di Tahun 2025