by admin admin No Comments

TEMPO.CO, Jakarta – Emiten pembiayaan investasi PT Mizuho Leasing Indonesia Tbk (VRNA) mengatakan perseroannya telah rugi Rp 2,57 miliar per 31 Maret 2025, padahal tahun lalu masih mencetak laba sebesar Rp 8,15 miliar. Direktur Utama Mizuho Indonesia Konosuke Mizuta mengatakan kondisi laba menjadi rugi terjadi karena meningkatnya piutang bermasalah atau overdue.

Piutang bermasalah ini terjadi pada unit bisnis retail. “Penyebab utama peralihan dari laba menjadi rugi, terutama karena meningkatnya beban penyisihan kerugian penurunan nilai,” kata Konosuke dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 5 Juni 2025. 

Beban penyisihan kerugian Mizuho Indonesia meningkat sebesar 50,64 persen dari Rp 20,79 miliar per Maret 2024 menjadi Rp 31,31 miliar pada Maret 2025 karena meningkatnya piutang bermasalah. Kondisi ini terjadi lantaran perseroan meningkatkan beban yang akhirnya menyebabkan kerugian pada periode Januari-Maret 2025. 

Di sisi lain, Konosuke mengatakan kondisi itu juga terjadi akibat kondisi ekonomi yang belum pulih sekaligus dinamika global. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan, khususnya pada masyarakat segmen kelas menengah yang sebagian besar bergerak di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ketika pendapatan UMKM turun, daya beli mereka pun ambles dan tunggakan kreditnya justru meningkat. 

Karena itu, segmen UMKM masuk jenis konsumen yang paling berkontribusi pada peningkatan beban kerugian penurunan nilai. “Jenis konsumen yang paling berkontribusi terhadap peningkatan beban kerugian penurunan nilai adalah konsumen ritel khususnya yang berasal dari sektor UMKM dengan jaminan pembiayaan kendaraan bermotor roda empat,” katanya. 

Dampak dari piutang bermasalah ini adalah meningkatnya rasio piutang pembiayaan bermasalah (NPF). Konosuke mengatakan DPF (defisit pembiayaan) Mizuho Indonesia kini tercatat sebesar 0,71 persen per Maret 2025 dari 0,42 persen di periode yang sama tahun lalu. 

Mizuho Indonesia juga mencatatkan beban pada pos-pos usaha yang meningkat signifikan. Misalnya, beban bunga dan keuangan meningkat 11,19 persen dari Rp 31,26 miliar per Maret 2024 menjadi Rp 34,76 miliar tahun ini; dan beban kepegawaian juga meningkat 7,89 persen dari 34,10 miliar per Maret 2024 menjadi Rp 36,79 miliar tahun ini. 

Di sisi lain, kondisi ini berkelindan dengan adanya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengambil keuntungan dari tunggakan kredit. “Masih banyaknya oknum Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengambil keuntungan dari konsumen yang menunggak menjadi kendala tersendiri yang turut menyebabkan peningkatan biaya penagihan dan kerugian penyelesaian kredit,” kata Konosuke. 

Menyikapi kondisi ini, anak usaha dari Mizuho Leasing Co. Ltd, asal Jepang ini bakal memperketat kebijakan penyaluran kredit baru, khususnya untuk produk atau sumber yang memiliki kualitas pembiayaan kurang. Kendati demikian, Konosuke mengatakan perseroannya akan tetap menagih tunggakan dari konsumen. “Perseroan secara terus menerus melakukan peningkatan produktivitas dan efektivitas kerja tim penagihan untuk menekan tunggakan konsumen,” kata dia. 

Dalam jangka menengah Mizuho Indonesia juga berencana bernegosiasi dengan bank untuk mendapat fasilitas pinjaman. Konosuke mengatakan Mizuho Indonesia akan mencari pinjaman dengan bank dalam maupun luar negeri dengan tingkat bunga yang kompetitif. 

Ia berharap membaiknya ekonomi dan suku bunga acuan yang turun bisa memperbaiki kondisi perseroan.“Selain itu, optimalisasi penerimaan pendapatan denda keterlambatan diharapkan dapat membantu untuk memulihkan pendapatan perseroan,” katanya. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *