by admin admin No Comments

TEMPO.CO, Jakarta – Perusahaan jaringan kedai kopi dunia, Starbucks, tercatat sebagai salah satu perusahaan global yang terdampak sentimen negatif anti-Israel. Sentimen ini muncul sejak agresi Israel ke Gaza, Palestina, yang dikuasai Hamas, sehingga menimbulkan banyak korban jiwa dari masyarakat sipil Palestina. Ada banyak seruan agar konsumen di seluruh dunia memboikot produk Starbuck karena dianggap mendukung Israel.  

Menanggapi perkembangan yang merugikan perusahaan tersebut, Starbucks kembali menegaskan kalau mereka tidak memberikan dukungan finansial maupun keuntungan kepada pemerintah atau tentara Israel dengan cara apa pun. Sikap itu tak hanya berasal dari perusahaan, tapi juga dari manajemen, mantan pemimpin, presiden,  CEO perusahaan, dan Howard Schultz, miliarder pendiri Starbuck keturunan Yahudi. 

“Posisi kami tetap tidak berubah. Starbucks menjunjung tinggi kemanusiaan. Kami mengutuk kekerasan, hilangnya nyawa orang yang tak berdosa, serta semua ujaran kebencian dan senjata,” bunyi pernyataan perusahaan, dikutip dari situs resmi mereka pada Jumat, 19 Januari 2024. “Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer di mana pun, dan tidak pernah melakukannya.” 

Starbucks menyebut, gara-gara disinformasi–yang bilang Starbucks mendukung Israel–menyebabkan adanya tindakan kekerasan dan vandalisme terhadap properti mereka. Terutama properti yang terisolasi di beberapa gerai Starbucks di seluruh dunia.

Sebelumnya CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, sempat menanggapi masyarakat yang telah memprotes dan menentang produk perusahaannya yang dianggap pro Israel. Menurutnya, protes itu muncul karena pemahaman yang keliru atas sikap Starbucks dalam konteks Israel-Hamas. Ia menyebutkan protes tersebut timbul karena ada misrepresentasi atau penyajian informasi keliru yang beredar di media sosial.

“Banyak gerai Starbucks yang mengalami insiden vandalisme,” tulis Narasimhan dalam suratnya kepada karyawan, dikutip Reuters, Selasa, 26 Desember 2023.

Scroll Untuk Melanjutkan

Starbcuks mulai mendapat sentimen negatif anti-Israel setelah menggugat serikat pekerja mereka, Workers United. Serikat ini mewakili ribuan barista di sekitar 360 gerai Starbucks di Amerika Serikat. Starbuck menggugat serikat karena menggunakan nama Starbucks Workers United saat memposting “Solidarity with Palestine!” di akun resmi Twitter mereka, dua hari setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Postingan tersebut muncul sekitar 40 menit sebelum dihapus. Namun postingan dan retweet dari cabang lokal Starbucks Workers United yang mendukung warga Palestina dan mengecam Israel masih terlihat beberapa hari kemudian.

Starbucks kemudian meminta serikat pekerja tersebut berhenti menggunakan nama dan logo serupa. Ini kemudian dianggap sebagai sikap Starbucks mendukung Israel. Starbucks pada akhir 2023 dikabarkan telah kehilangan nilai pasar hampir US$ 11 miliar (sekitar Rp 15,5 triliun) gara-gara sentimen negatif ini. Hal ini karena boikot yang intens dan mogok kerja karyawan untuk mendukung Palestina. Starbukcs Indonesia juga tak luput kena gerakan boikot ini. 

Perusahaan mengakui memang pernah beroperasi di Israel. Tapi kedai-kedai mereka sudah tidak ada di Israel sejak 2003. Starbuck mengatakan penutupan di Israel pada 2003 murni karena alasan operasional, tidak ada kaitan dengan isu politik.

DEFARA DHANYA | REUTERS 

Pilihan Editor: Banyak Rakyat Menganggur, Ini Jurus Capres Anies, Prabowo, dan Ganjar untuk Mengatasinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *