by admin admin No Comments

TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Perdagangan menyatakan belum menerima laporan penurunan penjualan hewan kurban menjelang perayaan Idul Adha. “Kami belum mendapatkan masukan dari asosiasi penjual kambing dan sapi mengenai penurunan penjualan, dan sepertinya tidak ada,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Iqbal Shoffan Shofwan, Rabu, 4 Juni 2025.

Pilihan editor: Mengapa Daya Beli Kelas Menengah untuk Kurban Lesu

Iqbal menyampaikan, jika ditemukan indikasi melemahnya daya beli masyarakat, kementeriannya akan segera mengambil langkah untuk mendorong daya beli tersebut. “Saya kira itu menjadi tugas bersama pemerintah untuk menstimulasi agar daya beli kembali meningkat,” ujarnya.

Meski demikian, para pedagang di lapangan mulai merasakan penurunan minat pembeli. Kurang dari sepekan menjelang Idul Adha, penjualan hewan kurban di kawasan Buaran, Jakarta Timur, menurun. Jumlah pembeli belum mencapai separuh dari total stok yang tersedia.

Rahmat, pemilik kandang Rahmat Kurban di Buaran, menyebut tahun ini lebih sepi dibandingkan tahun lalu. “Biasanya pada H-4 sampai H-5 bisa laku lima sampai sepuluh ekor per hari. Sekarang paling dua atau tiga,” katanya saat ditemui Tempo pada 2 Juni 2025.

Rahmat menambahkan, meskipun jumlah pengunjung ke kandangnya meningkat, banyak dari mereka hanya melihat-lihat tanpa melakukan pembelian. “Banyak yang datang, tapi hanya tanya-tanya harga. Pembelian justru menurun,” ujarnya.

Harga hewan kurban tahun ini relatif stabil. Kambing tetap menjadi pilihan utama dengan harga berkisar antara dua setengah juta hingga tiga juta rupiah. Dalam dua hingga tiga hari pertama sejak pembukaan lapak, kambing-kambing tersebut langsung habis terjual.

Namun, hingga kini baru 36 ekor kambing yang laku dari total 100 ekor yang tersedia. Untuk sapi berbobot sekitar 350 hingga 380 kilogram, Rahmat mematok harga antara 23 juta hingga 26 juta rupiah per ekor. Dari sepuluh ekor yang disiapkan, baru satu ekor yang terjual.

Rahmat menduga penurunan penjualan terjadi akibat masyarakat harus memprioritaskan kebutuhan lain. “Mereka punya kebutuhan lain yang harus didahulukan, jadi beli yang penting-penting saja,” katanya.

Eka, salah satu pengunjung di lokasi, membenarkan pernyataan tersebut. Pria berusia 48 tahun ini mengaku belum memutuskan akan membeli kambing atau sapi karena harga varian termurah sudah habis. “Saya ke sini masih lihat-lihat saja dan bandingkan harga. Karena yang paling murah sudah habis, saya belum bisa putuskan mau beli yang lebih mahal atau tidak,” ujarnya.

Meskipun waktu semakin mendekati hari raya, para pedagang tetap menyimpan harapan. Mereka berharap pembelian dalam jumlah besar dari instansi atau masjid bisa membantu menghabiskan stok di detik-detik terakhir menjelang Idul Adha.

Anggia Lexa Putri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *