by admin admin No Comments

Jakarta, CNBC Indonesia – Konflik di wilayah Timur Tengah semakin memanas sepanjang pekan ini. Bukan hanya perang Israel di Gaza dan serangan milisi Houthi ke Laut Merah, eskalasi di perbatasan Iran-Pakistan juga menjadi perhatian.

Ini bermula saat Selasa lalu (16/1/2024), Iran mengirim rudal ke negara tetangganya Pakistan, yang menewaskan dua anak dan melukai tiga orang. Iran mengaku membom kelompok Jaish al-Adl yang diklaim mengganggu keamanan Teheran.

Keesokannya, Pakistan mengecam tindakan Iran itu. Pakistan menarik duta besarnya dari Teheran sampai “membalas” dengan melancarkan serangan udara ke Iran yang menewaskan sembilan orang. Pakistan pun berdalih ini untuk keamanan negaranya. Sasaran yang dirudal adalah kelompok Baluchistan, di tenggara Iran.


Lantas, apakah konflik tersebut berpotensi mengganggu impor beras Indonesia? Mengingat Pakistan adalah salah satu negara asal impor beras bagi Indonesia.

Namun Manajer Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Tomi Wijaya mengaku pihaknya tidak terlalu mengkhawatirkan tensi antara Iran-Pakistan yang sempat memanas. Sebabnya, jelas dia, saat ini sudah ada banyak negara yang menjalin kerja sama dengan Indonesia terkait suplai kebutuhan impor, khususnya beras. Sehingga, terkait dengan kondisi tersebut menurutnya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap impor beras ke Indonesia.

“Intinya kita bekerja sama dengan banyak negara terkait suplai kebutuhan impor kita. Jadi terkait kondisi tersebut, menurut kami tidak terlalu berpengaruh,” kata Tomi kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/1/2024).

Adapun terkait rencana impor beras sebanyak 2,5 juta ton sebelum masa panen raya bulan April nanti, kata Tomi, pihaknya saat ini masih dalam proses penjajakan, sehingga untuk jumlah dan dari negara mana saja beras tersebut akan didatangkan pihaknya masih belum bisa buka suara.

“Masih dalam proses ya. Terbesar tahun lalu dari Thailand dan Vietnam. (Sedangkan) kalau dari Pakistan tahun lalu sekitar 300 ribuan ton, dan sudah masuk seluruhnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menyampaikan bahwa pihaknya telah menargetkan realisasi seluruh kuota impor beras tahun 2024 dapat diselesaikan sebelum April 2024, atau sebelum masa panen raya. Yang mana total beras impor yang akan ditargetkan masuk tersebut sebanyak 2,5 juta ton, terdiri dari 2 juta ton keseluruhan kuota impor tahun 2024, dan 500 ribu ton carry over dari kuota impor tahun 2023.

Ketut berharap seluruh kuota impor itu bisa masuk RI secepatnya, karena beras impor dibutuhkan untuk mengatasi defisit beras yang diperkirakan mencapai 2,8 juta ton pada Januari-Februari 2024.

“Ini yang harus dipahami bersama, bahwa beras impor ini diperlukan lantaran kami sudah mengestimasikan beberapa bulan ke depan. Kalau beras impor ini tidak ada, berarti harga beras di dalam negeri akan melambung,” kata Ketut saat ditemui di Gerbang Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta Selatan, Jumat (19/1/2024).

[Gambas:Video CNBC]


(dce/dce)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *