by admin admin No Comments

TEMPO.CO, JakartaGreenpeace Indonesia meminta calon presiden atau capres mendukung transisi ekonomi hijau. Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, mengatakan isu transisi ekonomi hijau penting untuk dibicarakan sebab memiliki dampak panjang. Dia pun merujuk kepada krisis iklim atau climate crisis yang sedang terjadi di seluruh dunia.

“Kalau melihat transisi, ini bukan hanya urusan wilayah bisnis baru atau investment baru, tapi harus kembali pada bahwa ini adalah sebuah krisis yang harus  kita respons,” ujar Leonard dalam acara Diskusi Muda Menggugat dan Peluncuran Deklarasi Ekonomi Hijau Greenpeace Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta pada Senin, 5 Februari 2024.

Dia melanjutkan, krisis tersebut harus direspons dengan pendekatan berbasis ilmu iklim. Menurut Leonard, hal ini lah yang luput dari pembicaraan, bahkan pada debat keempat calon wakil presiden yang mengusung tema lingkungan. 

“Kenapa kita harus coba jaga untuk bumi ini tidak lebih dari 1,5 derajat memanasnya? Karena kalau sudah lewat safety threshold itu, banyak hal yang irreversible, yang tidak bisa balik lagi. Kita menuju bencana iklim permanen,” ungkap Leonard.

Kalau sudah begitu, kata dia, ada banyak sekali dampak. Leonard menyebut, suhu bumi sekarang sudah naik sekitar 1,2 derajat sejak zaman revolusi industri. 

“Tahun lalu dan diperkirakan tahun ini kembali menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan temperatur bumi, dan itu bukan anomali lagi karena sudah berturut-turut hampir selalu naik sejak 2016,” tutur Leonard.

Sementara itu Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia, Rahka Susanto, mengatakan gagasan ekonomi hijau yang dikembangkan Greenpeace bukan hanya sekedar transisi energi kotor menjadi energi bersih. Tapi, juga menjawab permasalahan di masyarakat. Salah satu permasalahan berdasarkan survei Greenpeace Indonesia dan riset Greenpeace dan Celios adalah terbatasnya lapangan pekerjaan.

Scroll Untuk Melanjutkan

“Kalau kita bertransisi, ada sekitar 19,4 juta lapangan kerja baru yang bisa terbuka,” tutur Rahka. 

Adapun serapan kerja terbesar berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Artinya, kata dia, anak-anak muda tidak perlu pindah ke kota-kota besar hanya untuk bekerja karena mereka bisa bekerja di kampung halaman sendiri. Dengan begitu, kesenjangan si kaya dan si miskin bisa menurun.

Menurut Rahka, Greenpeace Indonesia juga telah melakukan survey kepada generasi Z dan milenial. Hasilnya, mayoritas responden menganggap krisis iklim menjadi isu lingkungan yang penting. Adapun terbatasnya lapangan kerja juga menjadi isu sosial yang penting. 

“Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius pembuat kebijakan kita mampu berkomitmen secara ambisius untuk emlakukan transisi ekonomi hijau?” beber Rahka. 

AMELIA RAHIMA SARI

Pilihan Editor: Terbukti Langgar Etik Terima Gibran, Segini Besaran Gaji Ketua KPU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *