by admin admin No Comments

TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom senior Indef Faisal Basri menyebut hikmah di balik turun kelasnya perekonomian Indonesia dari negara berpendapatan menengah atas menjadi negara berpendapatan menengah bawah. Hikmah tersebut adalah Indonesia menjadi lebih mudah mendapat utang atau pinjaman luar negeri.

ADVERTISEMENT

Di samping itu, surat utang negara juga berisiko terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Ia khawatir surat berharga negara itu nantinya dijual apabila para pemegangnya ragu dengan prospek ekonomi Indonesia.

“Yang perlu diwaspadai, walaupun telah terjadi penurunan, adalah surat utang negara global dan kepemilikan local currency bond yang dimiliki asing sekitar 20 persen. Ini berpotensi akan dijual kalau mereka melihat prospek pemulihannya lebih lama, atau tak menentu. Pengaruhnya ke sana,” tutur dia.

Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, sepanjang April 2021, kepemilikan asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) naik Rp9,93 triliun menjadi Rp 961,34 triliun dari sebelumnya Rp 951,41 triliun pada Maret 2021.

Sebelumnya, Bank Dunia atau World Bank kembali menempatkan Indonesia ke golongan lower middle income country atau negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Posisi ini membuat Indonesia turun kelas.

Pada Juli 2020, Indonesia sebenarnya sudah menempati posisi upper middle income country atau negara dengan penghasilan menengah ke atas. Penurunan terjadi karena gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto Indonesia sepanjang tahun lalu merosot dari US$ 4.050 menjadi US$ 3.870 per kapita.

CAESAR AKBAR

Baca juga: Bank Dunia Sebut RI Masuk Lower Middle Income Country, Kapan Naik Kelas Lagi?


Lihat Juga


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *