by admin admin No Comments

TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian mencatat nilai ekspor timah, yakni timah bukan paduan serta batang dan batang kecil untuk menyolder, mencapai US$ 1,44 miliar pada tahun 2024.

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Ali Murtopo Simbolon mengatakan pemerintah terus mendorong hilirisasi mineral kritis timah guna meningkatkan nilai tambah komoditas sekaligus memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus menunjukkan dominasinya sebagai salah satu pemain utama dalam ekspor timah dunia,” ujar Ali dalam keterangan resmi, dikutip Ahad, 26 Januari 2025.

“Indonesia berhasil mengekspor ke berbagai negara tujuan utama seperti China sebesar US$ 284,28 juta, India sebesar US$ 245,36 juta, dan Korea Selatan sebesar US$ 158,26 juta.”

Adapun Ali menyebutkan, sekitar 800 ribu ton atau 17 persen cadangan timah global berada di Indonesia. Berdasarkan data badan survey geologi Amerika Serikat, lanjut dia, Indonesia menghasilkan lebih dari 70 ribu ton timah setiap tahun. Sebesar 32 persen produksi timah dihasilkan oleh PT Timah Tbk dan 68 persen sisanya diproduksi oleh kurang lebih 35 badan usaha swasta. Kendati demikian, saat ini hampir 95 persen produksi timah nasional diekspor dan belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri. 

Timah, menurut Ali, dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam investasi yang bernilai tinggi, khususnya saat ini untuk semikonduktor. Tak hanya itu, Ali juga menekankan bahwa pemerintah menjadikan hilirisasi timah menjadi modal memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem semikonduktor.

“Hilirisasi timah diharapkan dapat meningkatkan devisa negara,” kata Ali. “Data menunjukkan bahwa industri hilir memiliki potensi untuk menggandakan nilai ekspor dibandingkan dengan ekspor bahan mentah.”

Pemerintah sebelumnya meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek hilirisasi timah di Batam, Kepulauan Riau, pada Jumat, 24 Januari 2025 lalu. Proyek dengan nilai penanaman modal mencapai Rp 1,2 triliun ini mencakup pembangunan fasilitas tin chemical oleh PT Batam Timah Sinergi (BTS) dan fasilitas tin solder oleh PT Tri Charislink Indoasia (TCI).

“Dengan investasi sebesar Rp 1,2 triliun dalam pembangunan pabrik hilirisasi tersebut, pemerintah optimistis bahwa Indonesia dapat menjadi pusat produksi timah hilir terbesar di dunia,” ujar Ali.

Tak hanya itu, Ali juga mengeklaim bahwa groundbreaking tersebut berpotensi menciptakan sekitar 1.500 lapangan kerja baru dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal serta memberikan kontribusi positif bagi pendapatan daerah. “Saya berharap pabrik hilirisasi timah ini dapat menjadi katalis bagi transformasi industri timah nasional,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *